edwards2010.com – Jepang menghadapi peningkatan dramatis dalam jumlah kasus Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS), sebuah kondisi infeksi bakteri yang sangat mematikan. Kementerian Kesehatan telah melaporkan 977 kasus terjadi hingga awal Juni, melampaui rekor tahunan sebelumnya yang tercatat pada tahun 2023 sebanyak 941 kasus. Dari Januari hingga Maret saja, infeksi ini telah menyebabkan 77 kematian.
Tinjauan STSS:
STSS adalah infeksi bakteri serius yang dapat berakibat fatal, di mana bakteri menyebar ke dalam jaringan dan aliran darah. Ini dimulai dengan gejala seperti demam, nyeri otot, dan muntah, dan dapat dengan cepat memburuk, mengakibatkan penurunan tekanan darah, pembengkakan, dan kegagalan multiorgan. Menurut CDC, sekitar 30% dari mereka yang terinfeksi STSS bisa berakhir fatal.
Penyebab dan Pemicu:
Infeksi ini paling sering disebabkan oleh bakteri Group A Streptococcus (GAS), yang juga penyebab umum dari demam dan sakit tenggorokan pada anak-anak. GAS dapat menjadi sangat invasif, mengeluarkan toksin yang memungkinkannya memasuki aliran darah dan menyebabkan kondisi serius seperti syok toksik dan fasciitis nekrotikans, yang dapat menghancurkan jaringan lunak.
Tren Penyebaran Pasca-Pandemi:
Selama pandemi COVID-19, kasus seperti ini tampak menurun karena penerapan masker dan social distancing. Namun, dengan dilonggarkannya pembatasan, infeksi mulai meningkat kembali. Di bulan Desember 2022, WHO menerima laporan dari lima negara Eropa tentang peningkatan kasus invasive group A streptococcus, terutama pada anak-anak di bawah 10 tahun. Di Amerika Serikat, CDC juga mencatat peningkatan serupa dan sedang melakukan investigasi lebih lanjut.
Situasi di Jepang:
Sejak Maret, Pemerintah Jepang telah memperingatkan tentang peningkatan kasus STSS. Institusi kesehatan setempat mencatat bahwa sebagian besar kasus baru terjadi pada orang di bawah 50 tahun.
Faktor Risiko dan Prediksi Ahli:
Orang tua dengan luka terbuka dan mereka yang baru menjalani operasi adalah yang paling berisiko terinfeksi. Profesor Ken Kikuchi dari Tokyo Women’s Medical University menyatakan bahwa penurunan imunitas pada populasi pasca-pandemi dapat berkontribusi pada peningkatan kasus. “Sistem kekebalan yang melemah pasca-pandemi mungkin menjadi salah satu penyebab dari lonjakan kasus ini,” jelas Profesor Kikuchi.
Kenaikan kasus STSS di Jepang dan di seluruh dunia menjadi pengingat penting tentang pentingnya memperhatikan tanda-tanda awal infeksi bakteri dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk melindungi kesehatan publik.