Lima WNI di Jepang Dapat Penghargaan Setelah Berani Menyelamatkan Nenek yang Hanyut di Sungai

edwards2010.com – Pada tanggal 7 November 2024, lima warga negara Indonesia (WNI) yang sedang berada di Jepang mendapatkan penghargaan atas aksi heroik mereka dalam menyelamatkan seorang nenek yang terjatuh dan hanyut di sungai. Insiden ini tidak hanya menarik perhatian publik di Jepang, tetapi juga menjadi perbincangan viral di media sosial dan berita lokal.

Insiden ini terjadi di kota Yasu, Prefektur Shiga, Jepang, ketika seorang nenek berusia 65 tahun terjatuh dari jembatan setinggi 15 meter ke sungai. Nenek tersebut hanyut dan dalam bahaya nyawa. Lima WNI yang sedang berada di lokasi tersebut segera bertindak untuk menyelamatkannya.

Kelima WNI yang menyelamatkan nenek tersebut adalah:

  1. Ahmad Jaelani (25 tahun)
  2. Anang Dwi Bintoro (26 tahun)
  3. Ariyo Santali (22 tahun)
  4. Ferdy Jaya Kusuma (25 tahun)
  5. Nur Fajli Agustian (25 tahun)

Para pemuda ini sedang mengikuti pelatihan di pabrik perakitan mobil Daihatsu di Jepang saat insiden tersebut terjadi. Mereka segera bergerak untuk menyelamatkan nenek yang hanyut tersebut dengan cepat dan efisien.

Para WNI tersebut segera melompat ke sungai untuk menyelamatkan nenek yang hanyut. Mereka bekerja sama dengan cepat dan efisien, menggunakan keterampilan mereka untuk menarik nenek tersebut ke tepi sungai. Setelah berhasil menyelamatkan nenek tersebut, mereka segera memberikan pertolongan pertama dan memastikan bahwa nenek tersebut dalam keadaan aman.

Karena aksi heroik mereka, kelima WNI tersebut mendapatkan penghargaan dari pemerintah setempat di Jepang. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas tindakan mereka yang telah menyelamatkan nyawa seorang warga Jepang. Penghargaan ini juga diharapkan dapat memperbaiki citra Indonesia di mata masyarakat internasional.

Insiden ini mendapat respons positif dari publik di Jepang dan Indonesia. Banyak orang yang mengapresiasi tindakan heroik kelima WNI tersebut dan menyebutnya sebagai contoh baik dari solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Media lokal di Jepang juga meliput insiden ini secara luas, menyoroti bagaimana kelima WNI tersebut berani dan cepat bertindak untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Aksi heroik kelima WNI yang menyelamatkan nenek yang hanyut di sungai di Jepang menunjukkan bahwa tindakan kebaikan dan kepedulian terhadap sesama tidak mengenal batas negara. Penghargaan yang diterima oleh kelima WNI tersebut bukan hanya sebagai bentuk apresiasi atas tindakan mereka, tetapi juga sebagai pengingat bahwa setiap tindakan kebaikan dapat memiliki dampak yang besar dan positif bagi masyarakat. Insiden ini juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak warga negara yang berani dan peduli terhadap sesama, yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.

Jejak Kerajaan Jepang di Kota Nara: Warisan Sejarah yang Tak Terlupakan

edwards2010 – Kota Nara, yang terletak di wilayah Kansai, Jepang, adalah salah satu tempat bersejarah yang kaya akan warisan budaya dan sejarah. Dikenal sebagai ibu kota pertama Jepang pada awal abad ke-8, Nara menyimpan banyak situs bersejarah yang mencerminkan kejayaan kerajaan Jepang di masa lalu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi jejak kerajaan Jepang di Kota Nara dan mengungkapkan warisan sejarah yang tak terlupakan.

Nara didirikan sebagai ibu kota Jepang pada tahun 710 M, di bawah pemerintahan Kaisar Monmu https://www.digiverseinstitute.com/. Kota ini menjadi pusat politik, ekonomi, dan budaya selama periode Nara (710-794 M). Nara merupakan titik awal bagi banyak perkembangan penting dalam sejarah Jepang, termasuk penyebaran Buddhisme, pembentukan sistem pemerintahan, dan pengembangan seni serta arsitektur.

Situs Bersejarah di Nara

1. Kuil Todai-ji

jejak-kerajaan-jepang-di-kota-nara-warisan-sejarah-yang-tak-terlupakan

Kuil Todai-ji adalah salah satu situs paling terkenal di Nara dan merupakan salah satu kuil terbesar di Jepang. Kuil ini didirikan pada tahun 752 M dan terkenal dengan patung Buddha raksasa (Daibutsu) yang terletak di dalam Aula Besar (Daibutsuden). Todai-ji bukan hanya merupakan tempat ibadah, tetapi juga simbol kekuatan dan kemakmuran kerajaan pada masanya.

2. Kuil Kasuga-taisha

jejak-kerajaan-jepang-di-kota-nara-warisan-sejarah-yang-tak-terlupakan

Kuil Kasuga-taisha adalah kuil Shinto yang didirikan pada tahun 768 M. Kuil ini terkenal dengan ribuan lentera batu dan lentera gantung yang menghiasi jalannya. Kasuga-taisha merupakan tempat pemujaan dewa pelindung kota Nara dan mencerminkan kepercayaan spiritual masyarakat Jepang pada zaman itu. Keindahan arsitektur dan suasana tenang di sekitar kuil ini menjadikannya tempat yang ideal untuk merenung.

3. Taman Nara

jejak-kerajaan-jepang-di-kota-nara-warisan-sejarah-yang-tak-terlupakan

Taman Nara adalah salah satu taman publik terbesar di Jepang dan merupakan rumah bagi banyak rusa liar yang dianggap sebagai simbol kota. Rusa-rusa ini dilindungi oleh hukum dan memiliki hubungan yang erat dengan kepercayaan lokal. Taman ini dikelilingi oleh berbagai situs bersejarah, seperti Kuil Todai-ji dan Kuil Kasuga-taisha, sehingga menjadi tempat yang sempurna untuk menjelajahi sejarah Nara sambil menikmati keindahan alam.

Nara tidak hanya terkenal karena situs-situs bersejarahnya, tetapi juga karena warisan budaya yang kaya. Seni, musik, dan tradisi yang berkembang selama periode Nara masih dapat ditemukan hingga saat ini. Misalnya, teknik pembuatan keramik dan tekstil yang berasal dari periode ini masih dipraktikkan oleh pengrajin lokal.

Kota Nara adalah saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah Jepang, di mana jejak kerajaan masih terlihat jelas di setiap sudutnya. Dengan kuil-kuil megah, taman yang indah, dan budaya yang kaya, Nara menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung. Menelusuri jejak kerajaan Jepang di Nara adalah cara yang sempurna untuk memahami warisan sejarah yang membentuk identitas Jepang modern. Bagi siapa pun yang mengunjungi Jepang, Nara adalah destinasi yang wajib dikunjungi untuk merasakan keindahan dan kedalaman sejarah yang tak ternilai.

Lonjakan Kasus Infeksi Bakteri ‘Pemakan Daging’ di Jepang Cetak Rekor Baru

edwards2010.com – Jepang menghadapi peningkatan dramatis dalam jumlah kasus Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS), sebuah kondisi infeksi bakteri yang sangat mematikan. Kementerian Kesehatan telah melaporkan 977 kasus terjadi hingga awal Juni, melampaui rekor tahunan sebelumnya yang tercatat pada tahun 2023 sebanyak 941 kasus. Dari Januari hingga Maret saja, infeksi ini telah menyebabkan 77 kematian.

Tinjauan STSS:
STSS adalah infeksi bakteri serius yang dapat berakibat fatal, di mana bakteri menyebar ke dalam jaringan dan aliran darah. Ini dimulai dengan gejala seperti demam, nyeri otot, dan muntah, dan dapat dengan cepat memburuk, mengakibatkan penurunan tekanan darah, pembengkakan, dan kegagalan multiorgan. Menurut CDC, sekitar 30% dari mereka yang terinfeksi STSS bisa berakhir fatal.

Penyebab dan Pemicu:
Infeksi ini paling sering disebabkan oleh bakteri Group A Streptococcus (GAS), yang juga penyebab umum dari demam dan sakit tenggorokan pada anak-anak. GAS dapat menjadi sangat invasif, mengeluarkan toksin yang memungkinkannya memasuki aliran darah dan menyebabkan kondisi serius seperti syok toksik dan fasciitis nekrotikans, yang dapat menghancurkan jaringan lunak.

Tren Penyebaran Pasca-Pandemi:
Selama pandemi COVID-19, kasus seperti ini tampak menurun karena penerapan masker dan social distancing. Namun, dengan dilonggarkannya pembatasan, infeksi mulai meningkat kembali. Di bulan Desember 2022, WHO menerima laporan dari lima negara Eropa tentang peningkatan kasus invasive group A streptococcus, terutama pada anak-anak di bawah 10 tahun. Di Amerika Serikat, CDC juga mencatat peningkatan serupa dan sedang melakukan investigasi lebih lanjut.

Situasi di Jepang:
Sejak Maret, Pemerintah Jepang telah memperingatkan tentang peningkatan kasus STSS. Institusi kesehatan setempat mencatat bahwa sebagian besar kasus baru terjadi pada orang di bawah 50 tahun.

Faktor Risiko dan Prediksi Ahli:
Orang tua dengan luka terbuka dan mereka yang baru menjalani operasi adalah yang paling berisiko terinfeksi. Profesor Ken Kikuchi dari Tokyo Women’s Medical University menyatakan bahwa penurunan imunitas pada populasi pasca-pandemi dapat berkontribusi pada peningkatan kasus. “Sistem kekebalan yang melemah pasca-pandemi mungkin menjadi salah satu penyebab dari lonjakan kasus ini,” jelas Profesor Kikuchi.

Kenaikan kasus STSS di Jepang dan di seluruh dunia menjadi pengingat penting tentang pentingnya memperhatikan tanda-tanda awal infeksi bakteri dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk melindungi kesehatan publik.