Wamenaker Mengaku Kesulitan Atasi Masalah Sritex

edwards2010.com – Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer mengakui bahwa pihaknya merasa kesulitan dalam menangani masalah yang dihadapi oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Masalah yang dihadapi Sritex, termasuk kondisi pailit dan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dianggap sebagai persoalan kepentingan nasional.

Immanuel menegaskan bahwa masalah Sritex adalah kepentingan nasional karena melibatkan kebutuhan para buruh yang harus dipenuhi oleh negara. “Ini kan persoalan kepentingan nasional juga,” kata Immanuel dalam konferensi pers bersama Presiden Komisaris PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan RI, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2024)1.

Immanuel juga menyoroti narasi Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan bahwa negara membutuhkan pengusaha dan buruh yang patriotik. Hal ini dianggap sebagai momentum untuk membangkitkan patriotisme dan terkait dengan narasi besar Prabowo mengenai kemiskinan dan pengangguran. Prabowo menginginkan Indonesia bebas dari kemiskinan dalam menghadapi Indonesia Emas.

Immanuel mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan masalah Sritex. Salah satunya adalah perintah Presiden Prabowo agar pihaknya mampu menyelesaikan persoalan Sritex kurang dari 100 hari. Hingga kini, baru berjalan bulan pertama, dan Immanuel telah melakukan kunjungan ke Sritex pada akhir Oktober 2024 lalu serta melakukan panggilan terhadap Bos Sritex untuk mengonfirmasi kabar yang beredar soal PHK.

Immanuel memastikan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan akan terus memonitor perkembangan masalah yang dihadapi oleh Sritex. Termasuk saat ini manajemen Sritex meliburkan sebanyak 2.500 karyawan akibat terkendala masalah ketersediaan bahan baku. Immanuel menekankan bahwa pemerintah akan terus mengupayakan dan menjalankan perintah Presiden Prabowo terkait Sritex dengan melakukan koordinasi dengan tiga lembaga kementerian, yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian BUMN.

Sritex, yang memproduksi pakaian untuk merek-merek terkenal seperti H&M, Rip Curl, dan Forever 21, serta seragam militer untuk NATO, mengalami kesulitan akibat permintaan global yang lemah dan impor pakaian yang lebih murah. Perusahaan ini memiliki utang sebesar $1,6 miliar per Juni 2024 dan telah mengajukan restrukturisasi utang lebih dari $1,4 miliar pada 2022. Namun, pengadilan membatalkan kesepakatan restrukturisasi tersebut setelah petisi dari PT Indo Bharat Rayon.

Serikat buruh di Indonesia telah mendesak pemerintah untuk memberikan dana talangan kepada Sritex untuk mencegah PHK massal. Ketua serikat buruh, Said Iqbal, mengatakan bahwa pemerintah perlu memberikan dana talangan untuk menyelesaikan utang Sritex dan mencegah kebangkrutan yang dapat menyebabkan pengangguran massal.

Masalah yang dihadapi oleh Sritex adalah kompleks dan melibatkan berbagai aspek, termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Pemerintah, di bawah arahan Presiden Prabowo, terus berupaya mencari solusi untuk menyelamatkan perusahaan ini dan melindungi karyawannya dari PHK. Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar, dan Wamenaker Immanuel Ebenezer mengakui bahwa pihaknya merasa kesulitan dalam menangani masalah ini. Upaya koordinasi dengan berbagai kementerian dan pihak terkait terus dilakukan untuk mencapai solusi yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat.