edwards2010.com – Kisah ini berawal ketika keluarga besar Bu Nunuk dan suaminya, Pak Haris, berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta untuk melepas kepergian pasangan tersebut ke Tanah Suci. Namun, suasana haru dan bahagia seketika berubah menjadi penuh tanda tanya ketika Bu Nunuk dan Pak Haris muncul tanpa mengenakan seragam haji yang biasanya dikenakan oleh jamaah lainnya.
Sebagai pasangan yang dikenal taat beragama dan sering terlibat dalam kegiatan keagamaan di lingkungannya, keberangkatan Bu Nunuk dan Pak Haris untuk menunaikan ibadah haji sudah lama dinantikan oleh keluarga besar. Namun, ketiadaan seragam haji pada tubuh mereka membuat beberapa anggota keluarga merasa cemas dan curiga.
“Awalnya saya pikir mungkin mereka lupa atau ada alasan tertentu, tetapi semakin lama saya merasa ada yang aneh,” ujar salah satu kerabat dekat yang enggan disebutkan namanya.
Melihat reaksi bingung dari keluarga, Bu Nunuk dengan tenang menjelaskan bahwa mereka sengaja tidak mengenakan seragam haji di bandara untuk menghindari perhatian berlebih dan menjaga kenyamanan selama perjalanan.
“Kami ingin perjalanan ini menjadi pengalaman spiritual yang khusyuk, tanpa terlalu banyak distraksi dari luar,” jelas Bu Nunuk sambil tersenyum.
Ia menambahkan bahwa seragam haji yang akan mereka kenakan sudah siap di dalam koper dan akan dipakai setibanya di embarkasi sebelum penerbangan ke Jeddah.
Setelah mendengar penjelasan Bu Nunuk, suasana di antara keluarga kembali cair. Beberapa bahkan merasa lega dan mendukung keputusan tersebut.
“Saya pikir itu keputusan yang bijak. Yang penting adalah niat dan ketulusan dalam beribadah, bukan sekadar penampilan luar,” ujar Pak Ridwan, saudara sepupu Pak Haris.
Kisah Bu Nunuk dan Pak Haris ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang tentang pentingnya memahami esensi dari ibadah dan tidak terjebak dalam penilaian superficial. Keputusan mereka untuk tidak mengenakan seragam haji di bandara bukanlah cerminan kurangnya semangat spiritual, melainkan keinginan untuk menjalani ibadah dengan lebih fokus dan tenang.
“Yang terpenting adalah kesucian hati dan niat yang tulus dalam beribadah. Kami berharap perjalanan haji Bu Nunuk dan Pak Haris lancar dan mendapat berkah,” ungkap salah satu anggota keluarga dengan penuh harap.
Dengan suasana hati yang lebih tenang dan penuh doa, keluarga besar pun melepas keberangkatan Bu Nunuk dan Pak Haris dengan harapan mereka kembali dalam keadaan sehat dan selamat, membawa pengalaman spiritual yang mendalam dari Tanah Suci.