Tragedi di Surabaya: Tebasan Golok Suami Tewaskan Istri dan Sepupu Saat Bersetubuh

edwards2010.comSebuah tragedi mengejutkan terjadi di Surabaya ketika seorang suami, Jalil, menebas istrinya, Noor Fadilah, dan sepupunya, Usman, dengan golok hingga tewas. Kejadian ini terjadi setelah Jalil memergoki keduanya sedang berhubungan badan di kamar rumahnya.

Jalil, yang baru pulang bekerja dari Pasar Loak, Dupak, hendak mandi untuk menunaikan salat Jumat. Namun, perhatiannya tertuju pada dua pasang sandal yang tidak biasa di depan kamar lantai dua. Dengan rasa penasaran, Jalil mengintip melalui lubang kunci dan melihat istrinya, Noor Fadilah, sedang berhubungan badan dengan Usman, adik sepupunya.

Merasa dikhianati, Jalil dikuasai amarah. Ia segera turun ke lantai satu, mencari golok, dan kembali ke lantai dua dengan menggenggam golok. Jalil lalu mendobrak pintu kamar dengan sekuat tenaga. Fadilah dan Usman yang sedang bermesraan kaget setengah mati dan ketakutan. Usman dengan tergopoh-gopoh bersimpuh di kaki Jalil, memohon ampun.

Namun, sebelum golok sempat ditebaskan, Fadilah menghadang aksi Jalil. Tubuh Fadilah pun dihempaskan hingga jatuh ke lantai. Tak lama, golok Jalil menebas leher Usman yang masih merengek minta ampun. Usman terkapar bersimbah darah dengan kondisi leher nyaris putus. Aksi bengis ini tidak berhenti di situ. Jalil yang masih dikuasai amarah turut menebas istrinya. Fadilah pun langsung terkapar bersimbah darah.

Setelah menghabisi istri dan sepupunya, Jalil pergi ke rumah orang tuanya di Jalan Simorejo. Di sana, Jalil mengganti pakaiannya yang berlumuran darah dan kemudian melarikan diri. Mayat Fadilah dan Usman ditemukan oleh Hamiah, mertua Jalil sekaligus ibu Fadilah, sekitar pukul 13.00 WIB. Saat ditemukan, keduanya telah tewas kehabisan darah.

Pembunuhan yang terjadi pada Jumat, 9 Februari 2007, segera menggegerkan warga setempat. Sejumlah polisi dan petugas Inafis yang mendapat laporan segera melakukan olah TKP. Jenazah Fadilah dan Usman selanjutnya dievakuasi ke RSU dr Soetomo untuk dilakukan autopsi. Dari pemeriksaan saksi-saksi, polisi kemudian memburu Jalil yang hilang.

Polisi yang melakukan pengejaran akhirnya mendeteksi lokasi persembunyian Jalil. Tak lebih dari 12 jam, Jalil ditangkap di rumah kerabatnya di Banjar Sugihan tanpa perlawanan. Dari persembunyiannya itu, Jalil kemudian dibawa ke kantor polisi.

Jalil dan istrinya tinggal di rumah mertuanya di Jalan Tanjung Sari 77A. Di sana pula, Usman yang masih kerabat Jalil turut tinggal bersama. Kedekatan Usman dan Fadilah sebenarnya diketahui oleh mertua Jalil, Hamiah, yang telah memperingatkan Usman untuk menjauhi Fadilah. Namun, peringatan itu rupanya diabaikan oleh Usman11.

Di hadapan penyidik, Jalil menyesali dan mengakui perbuatannya karena spontan melihat istrinya bersetubuh dengan adik sepupunya. Namun, nasi telah menjadi bubur, penyesalan yang terlambat tidak dapat mengembalikan nyawa yang telah melayang7.

Tragedi ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kepercayaan dalam rumah tangga dan mengendalikan emosi. Kejadian ini juga menunjukkan betapa fatalnya dampak dari perselingkuhan dan ketidaksetiaan dalam hubungan suami istri. Semoga kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan.