edwards2010.com – Tsaniyya Asmara Sutjipto (26), warga Tambaksari, Surabaya, mengalami kekecewaan besar ketika calon suaminya, yang dikenal dengan inisial A, menghilang sehari sebelum pernikahan mereka yang seharusnya berlangsung pada Minggu, 29 Desember 2024. Setelah menghilang, A akhirnya mendatangi rumah Tsaniyya pada Jumat, 3 Januari 2025. Namun, kedatangan A bukan untuk meminta maaf, melainkan untuk menawarkan uang kompensasi sebesar Rp 75 juta dengan harapan masalah antara mereka bisa selesai.
Tsaniyya merasa sangat kecewa dengan sikap A yang tidak menunjukkan itikad baik atau permintaan maaf. “Saya mau melihat itikad baiknya kemarin-kemarin. Ternyata, pas datang ke sini nggak minta maaf seolah-olah nggak ada salah atau (merasa) bersalah terlepas perasaanku ke dia dan sebaliknya,” ujar Tsaniyya1. Penawaran uang kompensasi tersebut tidak diterima oleh Tsaniyya dan keluarganya karena mereka merasa sangat malu dan kecewa. “Keluargaku malu dan kecewa. Masih dipikirkan kemarin, keluarganya belum mengiyakan, katanya masih dirundingkan dulu,” ceritanya.
Kedatangan A yang tidak meminta maaf dan hanya menawarkan uang kompensasi membuat Tsaniyya bulat untuk menempuh jalur hukum. “Kalau saya fix melaporkan. Nanti urusan lawyer saya. Dengan bukti tandatangan di atas materai dan lain-lain, karena kerugian bukan hanya material. Kalau moril itu susahnya. Sudah menyiapkan lawyer,” ujar Tsaniyya. Tsaniyya berencana melaporkan A ke pihak berwajib dengan bantuan pengacara yang telah disiapkannya.
Tsaniyya sempat menceritakan bahwa A memberikan penjelasan tentang keberadaannya pada hari pernikahan mereka. “Katanya keluar dari rumah bawa tas besar, mbambung (menggelandang), saat itu belum gajian posisinya,” ujar Tsaniyya. Namun, penjelasan A ini tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh kedua calon mertuanya. Pada hari H pernikahan, ketika Tsaniyya menelepon orang tua A, mereka menyatakan bahwa A pergi tak kembali setelah pamit beli nasi goreng. “Logikanya (yang disampaikan A) keluar bawa tas besar, nggak mungkin orang tuanya nggak tahu. Apalagi alasan cari nasi goreng,” kata Tsaniyya mengungkapkan kecurigaannya.
Tsaniyya mengaku hatinya hancur dengan kejadian ini, tetapi ia berharap hidupnya bisa menjadi lebih baik setelah gagal menikah dengan A. “Nggak menutup kemungkinan dengan orang lain, nggak menutup diri. Semoga dengan viralnya ini mereka yang menyakiti dapat sanksi sosial juga,” tutup Tsaniyya. Tsaniyya berharap segera datang laki-laki yang lebih baik untuknya dan berharap A mendapatkan sanksi sosial atas perbuatannya.
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dan itikad baik dalam hubungan, terutama dalam hubungan yang serius seperti pernikahan. Tsaniyya, yang merasa sangat kecewa dan malu, memutuskan untuk menempuh jalur hukum untuk mendapatkan keadilan. Semoga dengan langkah yang diambil Tsaniyya, ia bisa mendapatkan keadilan dan menemukan kebahagiaan yang sejati di masa depan.